TEMBANG MACOPAT (Menggambarkan Urutan Kehidupan Manusia)
Budaya jawa dan filsafat jawa merupakan budaya dan Filsafat yang adiluhung yang mengajarkan suatu bentuk keilmuan tinggi dengan bahasa yang halus. Di budaya jawa untuk menggambarkan dan mengajarkan kehidupan manusia di lewatkan melalui media tembang Macopat. Adapun materi tembang macopat meliputi:
- Mijil (metu/keluar); tembang mijil menggambarkan seorang anak manusia yang baru lahir dari rahim (gua garbo) sang ibu. Yang mana disaat anak baru lahir terutama buat umat Islam maka segera dikumandangkan adzan di kuping sebelah kanan dan Iqomat di kuping sebelah kiri dengan maksud sebelum anak mengenal terhadap apapun yang ada di dunia ini maka anak dikenalkan kepada Tuhan-Nya terlebih dahulu. Setelah itu orang tua memberi nama yang baik sebagai do'a terhadap anak. Pendidikan yang pertama kali dan utama diperoleh dari Orang tua yang mana bapak dan ibunyalah yang berperan sebagai guru dari sang anak.
- MasKumambang (bagaikan emas yang hanyut dalam air)/masa keemasan; dimasa periode ini anak menginjak lucu-lucunya dan menyenangkan hati bagi yang melihat. Dimasa ini (usia +1-10th)anak mudah sekali meniru segala apa yang dilihat dan didengarkannya. untuk itu orang tua yang mempunyai putra-putri harus betul-betul mengarahkan anak sebaik mungkin,sebab apapun yang dilihat dan didengar anak dan masuk dalam hatinya maka anak akan meniru apa yang dilihat maupun di dengar disinilah orang tua menjadi alat filter yang baik buat anak-anaknya.
- Sinom (daun asem muda yang beraroma harum dan berasa kecut/masam); dimasa periode ini anak tumbuh menjadi remaja (+11th-18th),dimana pada masa ini sudah terlihat watak/sifat/akhlaq yang merupakan hasil pengenalan hidup yang pertama kalinya diajari sama orang tua. Yang mana bila anak dalam kehidupan sehari-hari berprilaku baik dan sopan maka banyak orang yang suka padanya ibarat bau harum dari daun asam yang muda, namun bila anak sudah menunjukkan prilaku yang jelek (sering bicara kasar/kotor, udah kenal minuman keras/rokok, sudah sering terlibat tawuran dll) maka masyarakat akan benci (banyak orang yang tak suka)ibarat mengunyah daun asam(sinom).
- Asmoro Dhono;asmoro bermakna cinta. Dhono melompat lompat. Dimasa ini anak sudah mulai mengenal apa itu cinta (memasuki masa puber)pada lawan jenis, namun perasaan cintanya masih belum seluruhnya (masih sering goyah) alias cinta monyet. Orang tua di masa anaknya memasuki masa puber atau memasuki mengenal cinta;wajib hukumnya untuk membimbing dan mengarahkan anak ke jalan yang lurus. Bila rasa cinta/tertarik pada lawan jenis tidak mendapat bimbingan dan arahan yang betul besar kemungkinan anak salah jalan yang kadang kala menimbulkan pergaulan bebas dan ujung-ujungnya sex bebas (banyak kasus dikota besar tatkala orang tua tidak membimbing anak dan mengarahkan anak dalam percintaannya maka anak sudah berani melakukan hubungan badan layaknya suami istri ~Naudzubillah mindzalik).
- Gambuh; (margone Jumbu). Bila sepasang anak manusia sudah saling mencinta dan menjalin hubungan cinta yang sehat (tanpa dirasuki nafsu setan/tidak melanggar norma)serta telah cukup usia serta material (ekonomi yang sudah tertata/mandiri ekonominya)maka dianggap jalannya sudah ketemu.
- Kinanthi (menuntun);bila jalan sudah ketemu maka kedua pasang kekasih saling menuntun untuk memasuki gerbang kehidupan yang baru lewat jalur pernikahan.
- Dhandang Gulo.Dhandang = Tempat masak yang berwarna hitam yang melambangkan kekekalan/keabadian/cinta;gulo=manis. Setelah anak manusia melaksanaka ijab Qobul maka mereka sah menjadi suami istri dan berhak untuk menikmati manisnya cinta. Diharapkan jalinan asmara cinta yang dibina akan kekal sampai kaken-kaken dan ninen-ninen (kakek-nenek).
- Durmo (udur wismo), bila kehidupan berumah tangga lancar dan saling mengisi ditunjang ekonomi mapan maka sepasang anak manusia tersebut akan segera dapat membangun wismo (rumah) dan mengisi segala kebutuhan rumah yang merupakan penunjang kehidupan.
- Pangkur (ono Pang-mungKur),yang mana tatkala usia bertambah dan segala kebutuhan hidupnya sudah tercukupi di tunjang sudah tidak terbebani kebutuhan anak biasanya seseorang akan sedikit demi sedikit meninggalkan gebyarnya dunia dan mulai melakukan persiapan untuk akhirat (menyambut datangnya kematian/sudah siap kapanpun tatkala kematian menghampiri).
- Wirang rong(Wirang=isin/malu,rong=lubang). tatkala seseroang semakin tua dan semakin udzur maka kenikmatan yang diberikan Allah pada seseorang mulai berkurang. Biasanya seorang yang sangat tua sudah Budheg (tidak bisa mendengar/bila mendengar sangat tidak jelas), Bawur(tidak bisa melihat/bila melihat maka tidak bisa dengan jelas)dan sudah tidak punya malu lagi (biasanya ada yang tidak mau berpakian lagi).
- Megatruh (Megat=pisah, ruh= Nyawa)berpisahnya nyawa seseorang dengan badannya (MATI). Dalam posisi proses megatruh terjadi persaingan antara Malaikat dengan setan, bila mana disaat orang tersebut dikala masih sehat dan punya kesempatan selalu ingat pada Tuhan-Nya (Allah)maka Malaikatlah yang menang namun sebaliknya tatkala dalam kondisi sehat dan ada kesempatan namun seseorang tersebut menggunakan untuk maksiat pada Tuhan-Nya maka setanlah yang menang. Dikalangan umat Islam dikala seseorang dalam proses Megatruh (Nazak)sangat didampingi sanak saudaranya untuk membimbing orang yang nasak dengan memperbanyak menyebut nama Allah maupun dibacakan Surat Yasin supaya orang tersebut sehingga tatkala tarikan nafas terakhirnya diharap seorang tersebut masih dalam posisi mengingat Tuhan-Nya.
- PUCUNG(POCONG)dikala seseorang sudah mati maka dia disucikan (dimandikan),diKafani (dibuntel Mori)dengan tali 3(diatas,ditengah dan dibawah),terus di sholatkan. setelah sang mayit/jenasah (orang yang telah mati tersebut)disholatkan terus di makamkan dengan diberi gelu (Bundaran 3biji yang dibuat dari tanah).Kemudian dihuruk (tutup)dengan tanah. Sanak keluarga,handai taulan, maupun sahabat setia pulang semua sedang sang mayat yang tertinggal dikubur mempertanggung jawabkan perbuatannya. Bila perbuatannya didunia baik maka dia akan mendapat nikmat kubur, andai dia banyak melakukan kejahatan,maksiat pada Tuhan-Nya maka dia akan menerima siksa kubur yang pedih
Benarkah foto bayi itu foto Pak Hanafi waktu masih kecil...?
BalasHapus