Manusia merupakan makhluk yang tidak sempurna dan makhluk yang sangat lemah,mudah terserang oleh suatu penyakit salah satunya adalah Hipertinsi.
Apa penjelasan tentang Hipertinsi?
Simak baik-baik mengenai Hipertensi (saya petik tulis/ ulang dari tugas istri saya)
HIPERTENSI
PENGERTIAN
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg. Pada populasi usia lanjut, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolic 90 mmHg (sheps,2005)
Dalam rekomendasi penatalaksanaan hipertensi yang kesemuanya didasarkan atas bukti penelitian antara lain dikeluarkan oleh The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC-7), 2003, World Health Organization/ International society of Hypertension (WHO-ISH), 1999, British Hypertension Society, European Society of Hypertension/ European Society of Cardiology (ESH/ESC), definisi hipertensi sama utk semua golongan umur. (Sudoyo, Aru W, 2006)
KLASIFIKASI HIPERTENSI
a) BERDASARKAN PENYEBAB
· Hipertensi Primer (esensial) adalah suatu peningkatan persisten tekanan arteri yang dihasilkan oleh ketidakteraturan mekanisme control homeostatic normal, hipertensi ini tidak diketahui penyebabnya dan mencakup + 90% dari kasus hipertensi (Wibowo, 1999).
· Hipertensi sekunder adalah hipertensi persisten akibat kelainan dasar kedua selain hipertensi esensial. Hipertensi ini penyebabnya diketahui dan ini menyangkut + 10% dari kasus-kasus hipertensi. (Sheps, 2005)
b) BERDASARKAN BENTUK
· Hipertensi Diastolik (dyastolc hypertension), peningkatan tekanan diastolic tanpa diikuti peningkatan tekanan sistolik. Biasanya ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda.
· Hipertensi campuran (systole dan diastole yang meninggi) adalah peningkatan tekanan darah pada systole dan diastole.
· Hipertensi Sistolik (isolated systolic hypertension), peningkatan tekanan sistolik tanpa diikuti peningkatan tekanan diastolic. Umumnya ditemukan pada usia lanjut. (Gunawan, 2001)
Secara klinis derajat hipertensi dapat dikelompokkan sesuai rekomendasi dari “The Sixth Report of The Join National Committee, Prevention, Detection and Treatment of High Blood Pressure” (JNC-VI, 1997) sebagai berikut :
No | Kategori | Sistolik (mmHg) | Diastolik (mmHg) |
1 | Optimal | <120 | <80 |
2 | Normal | 120 – 129 | 80 – 84 |
3 | High normal | 130 – 139 | 85 – 89 |
4 | Hipertensi |
|
|
| Grade 1 (ringan) | 140 – 159 | 90 – 99 |
| Grade2 (sedang) | 160 – 179 | 100 – 109 |
| Grade3 (berat) | 180 – 209 | 110 – 119 |
| Grade 4 (sangat berat) | >210 | > 120 |
ETIOLOGI
Hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadi perubahan-perubahan pada:
a. Elastisitas dinding aorta menurun.
b. Katub Penyebab jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun
1% setiap tahun sesudah berumur 20 th kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah
Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.
e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya data-data penelitian telah menemukan beberapa factor yang menyebabkan hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut:
· Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi.
· Ciri perseorangan
Ciri perseorangan akan mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:
· Umur (jika umur bertambah TD meningkat)
· Jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi dari perempuan)
· Ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih)
· Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah:
· Konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr)
· Obesitas atau makan berlebihan
· Stress
· Merokok
· Minum alkohol
· Minum obat-obatan (ephedrine, prednisone, epineprin)
Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah:
a. Ginjal
· Glumerulonefritis
· Pielonefritis
· Nekrosis tubular akut
· Tumor
b. Vascular
· Aterosklerosis
· Hiperplasia
· Trombiosis
· Aneurisma
· Emboli kolesterol
· Vaskulitis
c. Kelainan endokrin
· DM
· Hipertiroidisme
· Hipotiroidisme
d. Saraf
· Stroke
· Ensepalitis
· SGB
e. Obat-obatan
· Kontrasepsi oral
· Kortikosteroid
PATOFISIOLOGI/PATHWAY
Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut kebawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan kontriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepineprin, meskipun tidak diketahuin dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medulla adrenal mensekresi epineprin, yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokontriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suato vasokonstriktor kuat , yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologist dimana terjadi perubahan structural dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tekanan perifer (Smeltzer, 2001).
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “Hipertensi palsu” disebabkan kekakuan arteri brakhialis sehingga tidak dikompresi oleh cuffspygmomanometer (Darmojo, 1999)
TANDA DAN GEJALA Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi:
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arteri tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis
Menurut Rokhaeni (2001), manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu:
a. Mengeluh sakit kepala, pusing
b. Lemas, kelelahan
c. Sesak nafas
d. Gelisah
e. Mual
f. Muntah
g. Epistaksis
h. Kesadaran menurun
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Hemoglobin/Hematokrit
Untuk mengkaji hitungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor resiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.
b. BUN : memberikan informasi tentang perfusi ginjal
c. Glukosa
Hiperglikemi (diabetes militus adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh peningkatan katekolamin ( meningkatkan hipertensi )
d. Kalium serum
Hipokalemi dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretic.
e. Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi
f. Kolesterol dan trigliserida serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan adanya plak ateromatosa (efek kardiovaskuler)
g. Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokontriksi dan hipertensi
h. Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab)
i. Urinanalisa
Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya diabetes.
j. Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
k. Steroid urin
Kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
l. IVP
Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit parenkim ginjal, batu ginjal/ureter
m. Foto dada
Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, pembesaran jantung
n. CT scan,
Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati
o. EKG
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
PENATALAKSANAAN
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prisip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi:
1. Terapi tanpa obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dansebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi:
a. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah:
· Retriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
· Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
· Penurunan berat badan
· Penurunan asupan etanol
· Menghentikan merokok
a. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu:
· Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain
· Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobic atau 72-87% dari denyut nadi maximal yang disebut zona latihan.
· Lamanya latihan berkisar antara 20-25 menit berada dalam zona latihan
· Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu
b. Edukasi Psikologis
a. Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi:
Ø Teknik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu teknik yang dipakai untuk menunjukkan pada subyek-subyek tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tiak normal.
Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatic seperti nyeri kepala dan migraine, juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
Ø Teknik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau teknik yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot tubuh menjadi rileks.
c. Pendidikan kesehatan (penyuluhan)
Bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
2. Terapi dengan obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan sumur hidup penderita. Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi (JOINT NATIONAL COMMITTEE ON DETECTION, EVALUATION, AND TREATMENT OF HIGH BLOOD PRESSURE, USA, 1998) menyimpulkan bahwa obat diuretic, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibito dapat di gunakan sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita.
Pengobatannya meliputi:
Ø Step 1
Obat pilihan pertama : diuretic, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor.
Ø Step 2
Alternatif yang diberikan :
a. Dosis obat pertama dinaikkan
b. Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
c. Ditambah obat ke-2 jenis lain, dapat berupa diuretic, beta blocker, Ca antagonis, Alpha blocker, clonidin reserphin, vasodilator
Ø Step 3
Alternatif yang bisa ditempuh
d. Obat ke-2 diganti
e. Ditambah obat ke-3 jenis lain
Ø Step 4
Alternatif pemberian obatnya
f. Ditambah obat ke-3 dan ke-4
g. Reevaluasi dan konsultasi
3. Follow up untuk mempertahankan terapi
Untuk mempertahnkan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan (perawat, dokter).
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam interaksi pasien dengan petugas kesehatan adalah sebagai berikut:
a. Setiap kali penderita periksa, diberitau hasil pengukuran tekanan darahnya
b. Bicarakan dengan penderita tujuan yang hendak dicapai mengenai tekanan darahnya
c. Diskusikan dengan penderita bahwa hipertensi tidak dapat sembuh, namun bisa dikendalikan untuk dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas
d. Yakinkan penderita bahwa penderita tidak dapat mengatakan tingginya tekanan darah atas dasar apa yang dirasakannya, tekanan darah hanya dapat diketahui dengan mengukur memakai alat tensimeter
e. Penderita tidak boleh menghentikan obat tanpa didiskusikan lebih dahulu
f. Sedapat mungkin tindakan tindakan terapi dimasukkan dalam cara hidup penderita
g. Ikut sertakan keluarga penderita dalam proses terapi
h. Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila penderita atau keluarga dapat mengukur tekanan darahnya dirumah
i. Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti hipertensi misal 1 x sehari atau 2 x sehari
j. Diskusikan dengan keluarga tentang obat-obat anti hipertensi. Efek samping dan masalah-masalah yang mungkin terjadi
k. Yakinkan penderita kemungkinan perlunya memodifikasi dosis atau mengganti obat untuk mencapai efek samping minimal dan efektifitas maksimal
l. Usahakan biaya terapi seminimal mungkin
m. Untuk penderita yang kurang patuh, usahakan kunjungan lebih sering
n. Hubungi segera penderita, bila tidak dating pada waktu yang ditentukan.
Melihat pentingnya kepatuhan pasien dalam pengobatan maka sangat diperlukan sekali pengetahuan dan sikap pasien tentang pemahaman dan pelaksanaan pengobatan hipertensi.
PENGKAJIAN
a. Aktifitas/ istirahat
Gejala:
Ø Kelemahan
Ø Letih
Ø Nafas pendek
Ø Gaya hidup monoton
Tanda :
Ø Frekuensi jantung meningkat
Ø Perubahan irama jantung
Ø Takipnea
b. Sirkulasi
Gejala : riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup, penyakit serebrovaskuler.
Tanda :
Ø Kenaikan TD
Ø Nadi : denyutan jelas
Ø Frekuensi/irama : takikardi, berbagai disritmia,
Ø Bunyi jantung murmur
Ø Distensi vena jugularis
Ø Ekstremitas, perubahan warna kulit, suhu dingin ( vasokontriksi perifer, pengisisan kapiler mungkin lambat)
c. Integritas ego
Gejala : riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah, faktor stress multiple (hubungan, keuangan, pekerjaan)
Tanda :
Ø Letupan suasana hati
Ø Gelisah
Ø Penyempitan kontinyu perhatian
Ø Tangisan yang meledak
Ø Otot muka tegang
Ø Peningkatan pola bicara
d. Eliminasi
Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (infeksi, obtruksi, riwayat peny, ginjal)
e. Makanan /cairan
Gejala :
Ø Makanan yang disukai dapat mencakup makanan tinggi garam, lemak dan kolesterol
Ø Mual
Ø Muntah
Ø Riwayat penggunaan diuretic
Tanda :
Ø BB normal atau obesitas
Ø Edema
Ø Kongesti vena
Ø Peningkatan JVP
Ø Glikosuria
f. Neurosensori
Gejala :
Ø Keluhan pusing/pening, sakit kepala
Ø Episode kebas
Ø Kelemahan pada satu sisi tubuh
Ø Gangguan penglihatan (penglihatan kabur, diplopia)
Ø Episode epistaksis
Tanda :
Ø Perubahan orientasi, pola nafas, isi bicara, afek, proses pikir atau memori (ingatan)
Ø Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman
Ø Perubahan retinal optic
g. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala :
Ø Nyeri hilang timbul pada tungkai
Ø Sakit kepala oksipital berat
Ø Nyeri abdomen
h. Pernafasan
Gejala :
Ø Dispnea yang berkaitan dengan aktifitas
Ø Takipnea
Ø Ortopnea
Ø Dispnea nocturnal proksimal
Ø Batuk dengan atau tanpa seputum
Ø Riwayat merokok
Tanda :
Ø Distress respirasi/gngguan otot aksesoris pernafasan
Ø Bunyi nafas tambahan (krekkles, mengi)
Ø Sianosis
i. Keamanan
Gejala : gangguan koordinasi : cara jalan
Tanda : episode parestesia unilateral transien
j. Pembelajaran/penyuluhan
Gejala :
Ø Faktor resiko keluarga : hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM, penyakit cerebrovaskuler, ginjal
Ø Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon lain
Penggunaan obat atau alcohol.